Sejarah Kitab Henokh/Enoch


Kitab Henokh adalah judul yang diberikan kepada sejumlah karya yang dianggap ditulis oleh Henokh/Nabi Idris, kakek buyut Nuh, yaitu Henokh anak Yared (Kejadian 5:18). 

Ada juga tiga orang lain dalam Alkitab yang bernama Henokh: anak Kain (Kejadian 4:17), anak Midian (Kejadian 25:4), dan anak Ruben (Kejadian 46:9; Keluaran 6:14). 


Dua nama yang terakhir dialihkan menjadi "Hanokh" dalam terjemahan-terjemahan modern, namun terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia tetap menggunakan "Henokh". Dalam terjemah Al-Qur'an disebut "Idris".





Yang paling umum, ungkapan Kitab Henokh merujuk kepada 1 Henokh, yang sejauh kita ketahui bertahan utuh hanya dalam bahasa Ethiopia. Ada lagi dua kitab lain yang dinamai Henokh, yaitu 2 Henokh, yang bertahan hanya dalam bahasa Slavia Kuno, sekitar abad pertama; terjemajan bahasa Inggris oleh R. H. Charles (1896), dan 3 Henokh, yang bertahan dalam bahasa Ibrani, sekitar abad ke-5 – abad ke-6 Masehi. Penomoran teks-teks ini diberikan oleh para ahli untuk membedakan teks-teks ini satu sama lainnya. Artikel ini selanjutnya hanya membahas Kitab 1 Henokh saja.


Meskipun banyak pakar menganggap Kitab 1 Henokh sebagai pseudopigrafa, berbagai kelompok, termasuk Gereja Ortodoks Ethiopia dan kaum Esene, menganggap sebagian atau seluruh bagian dari 1 Henokh sebagai Kitab Suci yang diilhamkan. Teks-teks yang dikenal sekarang dari karya ini biasanya diperkirakan berasal dari masa Makabe (sekitar 160-an SM).

Sejarah

Kitab ini terdiri dari lima bagian yang sangat berbeda-beda:

  • Kitab para Pengawal (1 Henokh 1 - 36)
  • Kitab Perumpamaan (1 Henokh 37 - 71) (Juga disebut Similitudes of Henokh)
  • Kitab Benda-benda Terang Surgawi (1 Henokh 72 - 82) (Biasanya disingkat menjadi Kitab Benda-benda Terang. Juga disebut Kitab Astronomi)
  • Penglihatan-penglihatan Mimpi (1 Henokh 83 - 90) (Juga disebut Kitab tentang Mimpi-mimpi)
  • Surat Henokh (1 Henokh 91 - 108)
Menurut sejumlah pakar, kelima bagian ini mulanya adalah kitab-kitab yang saling berdiri sendiri dan baru belakangan diredaksi bersama-sama. Banyak dari nuansa narasi dari bagian-bagian itu dianggap berkaitan dengan masa Makabe dan karena alasan inilah maka para ahli menduga bahwa bagian ini berasal dari abad ke-2 SM atau sesudahnya. 



1 Henokh 6-11, bagian dari Kitab Para Pengawas, diduga merupakan inti asli Kitab ini, lalu bagian-bagian lainnya ditambahkan kepadanya, terutama karena nama Henokh tidak disebutkan di dalamnya.


Kitab Perumpamaan tampaknya didasarkan pada Kitab Para Pengawas, namun memberikan pengembangan gagasan yang belakangan tentang penghakiman terakhir. Bukannya penghakiman terakhir terhadap para malaikat yang telah jatuh, Kitab Perumpamaan sebaliknya menyajikan penghakiman terakhir atas raja-raja di dunia. 


Kitab Perumpamaan mengandung sejumlah rujukan kepada seorang Anak Manusia, serta tema-tema mesianik, dan hanya ditemukan dalam edisi-edisi Kristen dari 1 Henokh, karena itu sejumlah akademisi berpandangan bahwa bagian ini berasal dari masa Kristen. 

Namun, karena istilahnya juga sama saja dengan cara orang Yahudi mengatakan manusia, dan karena pasal-pasal terakhir dari bagian ini tampaknya mengidentifikasikan Henokh sendiri sebagai sang Anak Manusia yang dibicarakan, mungkin saja karya ini berasal dari masa yang lebih awal, dan sejumlah akademikus dalam mengajukan pendapat bahwa Kitab Perumpamaan kemungkinan berasal dari masa akhir abad pertama SM.


Kitab tentang Mimpi-mimpi mengandung penglihatan tentang sejarah Israel hingga masa pemberontakan kaum Makabe, yang menyebabkan para ahli memperkirakan bahwa kitab ini ditulis pada masa Makabe.


Jazef. T. Milik berpendapat bahwa "Kitab para Raksasa" yang ditemukan di antara Naskah Laut Mati seharusnya adalah bagian dari kumpulan kitab ini. Namun, karena kitab ini muncul setelah Kitab Pengawas, tidak ada bukti yang dapat mendukung pandangannya ini.


Kanonisitas


Teks dalam bahasa Yunaninya dikenal dan dikutip oleh hampir semua Bapak Gereja.

Ada sejumlah pertikaian tentang apakah teks bahasa Yunani nya merupakan sebuah produksi asli Kristen ataukah sebuah terjemahan dari sebuah teks bahasa Aram. Argumen utama yang menyatakan bahwa teks ini ditulis oleh seorang Kristen adalah munculnya rujukan-rujukan kepada Mesias sebagai Anak Manusia. 


Gereja Ethiopia menganggap versi Bahasa Ethiopia sebagai yang asli, karena versi itulah yang paling lengkap, sementara teks dalam bahasa-bahasa lainnya hanya berupa potongan-potongan yang tidak lengkap. Meskipun demikian, kebanyakan ahli barat kini menyatakan bahwa bagian-bagian yang paling tua ditulis pada abad ke-3 SM oleh seorang Yahudi, mengingat bahwa beberapa teks Henokh dalam bahasa Aram ditemukan di Qumran di antara Naskah Laut Mati. 


Sebelum penemuan Qumran, para sarjana menolak untuk menetapkan tanggal yang lebih awal daripada rujukan lainnya yang lebih muda, tetapi setelah penemuan Qumran membuktikan bahwa mereka keliru, mereka segera merevisi penetapan tanggal mereka ke belakang dan menyatakan bahwa “itulah” waktu yang paling awal ketika teks itu ditulis.


Kitab ini dirujuk, dan dikutip, dalam Yudas, 1:14–15 :Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: "Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan."


Bandingkan ini dengan Henokh 1:9, yang diterjemahkan dari teks Ethiopia: Dan lihatlah! Ia datang dengan puluhan ribu bala tentara-Nya yang kudus untuk memberlakukan hukuman terhadap semua, dan menghancurkan semua orang fasik dan menjatuhkan hukuman atas semua orang. Dari semua pekerjaan orang-orang yang fasik terhadap Tuhan, dan tentang semua kata-kata nista yang telah diucapkan oleh orang-orang fasik terhadap-Nya. (Bagian ini didasarkan pada Ulangan 33:2).


Sejumlah Bapak Gereja menganggap kitab ini sebagai karya yang otentik, khususnya Yustinus Martir, Irenaeus, Origenes, Klemens dari Aleksandria dan Tertulianus, berdasarkan kutipannya dalam Yudas. Namun, sebagian Bapak Gereja yang belakangan menyangkal kanonisitas kitab ini dan sebagian bahkan menganggap Surat Yudas tidak kanonik karena surat ini merujuk kepada sebuah karya yang "apokrif" (bandingkan: Gerome, Catal. Script. Eccles. 4.)


Setelah dikeluarkan dari Kitab Suci Ibrani Sanhedrin di Yavneh sekitar 90 M, kitab ini didiskreditkan setelah Konsili Laodikea (Kristen) pada 364; dan kemudian teks Yunaninya hilang.


Sejumlah ringkasan diberikan oleh biarawan abad ke-8 George Syncellus dalam kronografinya, yang diterbitkan dalam terjemahan Dillmann, hlm. 82-86. Pada abad ke-9 kitab ini digolongkan apokrif dari Perjanjian Baru oleh Patriarkh Nicephorus Bdk. Niceph. (ed. Dindorf), I. 787.


Penemuan kembali


Di luar Ethiopia, teks Kitab Henokh dianggap hilang hingga permulaan abad ke- 17, ketika dengan yakin dinyatakan bahwa kitab ini ditemukan dalam bentuk terjemahan bahasa Ethiopia di sana, dan Nicolas-Claude Fabri de Peiresc yang terpelajar membeli sebuah kitab yang diklaim identik dengan apa yang dikutip oleh Surat Yudas (dan Surat Barnabas – Surat 16:5) dan oleh para Bapak Gereja: Yustinus Martir, Irenaeus, Origenes dan Klemens dari Aleksandria. Hiob Ludolf, sarjana bahasa Ethiopia yang besar dari abad ke-17 dan 18, segera membuktikan bahwa kitab itu adalah sebuah pemalsuan yang dibuat oleh Abba Bahaila Michael (Ludolf, "Commentarius in Hist. Aethip." hlm. 347).


Pengelana Skotlandia yang terkenal, James Bruce, lebih beruntung nasibnya ketika pada 1773 ia kembali ke Eropa dari perjalanan selama enam tahun di Abisinia dengan tiga eksemplar versi bahasa Ge'ez. Yang pertama dilestarikan di Perpustakaan Bodleian, yang kedua dipersembahkan kepada perpustakaan kerajaan Perancis (cikal-bakal dari Bibliothèque nationale), dan yang ketiga disimpan oleh Bruce. Salinan-salinan itu tetap tidak digunakan hingga tahun 1800-an, Silvestre de Sacy, dalam "Notices ur le lire d' Enoch" dalam Magazin Encyclopédique, an vi. tome I. hlm. 382 mencantumkan cuplikan-cuplikan dari kitab-kitab itu dengan terjemahan-terjemahan bahasa Latin (Henokh ps. 1,2,5-16,22,32). Dari sini dibuatlah terjemahan dalam bahasa Jerman oleh Rink pada 1801.


Terjemahan pertama dari manuskrip Bodleian/bahasa Ethiopia diterbitkan pada 1821 oleh Profesor Richard Laurence, yang kemudian menjadi uskup agung Cashel. Buku ini diberi judul "The Book of Enoch, the prophet: an apocryphal production, supposed to have been lost for ages; but discovered at the close of the last century in Abyssinia; now first translated from an Ethiopian MS in the Bodleian Library. Oxford, 1821." (Kitab Henokh, sang nabi: sebuah produk apokrif, yang dikira telah lenyap selama berabad-abad namun ditemukan kembali menjelang akhir abad lalu di Abisinia; kini untuk pertama kali diterjemahkan dari sebuah manuskrip Ethiopia di Perpustakaan Bodleian. Oxford,1821). 

Edisi keduanya diterbitkan pada 1833 dan edisi ketiga pada 1838.


Pada 1838 Laurence juga menerbitkan sebuah teks tersunting dalam bahasa Ethiopia yang berjudul "Libri Enoch Prophetae Versio Aethiopica". Teksnya yang dibagi ke dalam 105 pasal bahkan pada saat itupun dianggap tidak dapat diandalkan seperti ketika diterbitkan dalam "Penilaian yang keras terhadap Laurence oleh Dillmann, Das Buch Henoch, hlm. 57".


Profesor A. G. Hoffmann menerbitkan sebuah terjemahan pada 1833 berdasarkan karya ini yang dinamainya "Das Buch Henoch in vollständiger Uebersetxung, mit fortlaugendem Commentar, ausführlicher Einleitung und erläuternden Excursen" tetapi karena menggunakan – setidak-tidaknya sebagian dari karya Laurence yang belakangan – terdapat sejumlah kesalahan yang menonjol. Dua terjemahan lainnya muncul sekitar waktu yang bersamaan pada 1836 yang disebut "Enoch Retitutus, or an Attempt" (Rev Edward Murray) dan pada 1840 "Prophetae veteres Pseudepigraphi, partim ex Abyssinico vel Hebraico sermonibus Latine bersi" (Gfrörer). Namun keduanya dianggap buruk – pada umumnya terjemahan 1836 dan dibahas dalam Hoffmann, Zweiter Excurs, hlm. 917-965.


Edisi pertama yang dapat diandalkan muncul pada 1851 dengan judul "Liber Henoch, Abahasa Ethiopiae, ad quinque codicum fidem editus, cum variis lectionibus" yang didasarkan pada teks bahasa Ethiopia yang disunting oleh A. Dillmann, dengan terjemahan yang akurat dari kitab dan catatan-catatan yang dapat diandalkan yang terbit pada 1853 berjudul "Das Buch Henoch, übersetzt und erklärt" yang dianggap sebagai edisi yang sempurna hingga 1900-an. Sebuah edisi terkenal diterbitkan pada 1912 oleh R.H. Charles yang terkenal.


Para sarjana dan akademikus Eropa menganggap versi bahasa Ethiopia sebagai hasil terjemahan dari bahasa Yunani yang pada gilirannya merupakan terjemahan dari bahasa Aram (kemungkinan bahasa Ibrani dari ps. 37-71). Hal ini dibantah keras oleh para sarjana dan rohaniwan Ethiopia, yang bersikeras bahwa karena satu-satunya teks Henokh yang lengkap sejauh ini hanya dalam bahasa Ethiopia, sementara salinan-salinan dalam bahasa Aram dan Yunani hanya ada dalam potongan-potongan terpisah dan tidak lengkap, hal ini membuktikan klaim mereka bahwa inilah bahasa asli yang ditulis oleh Henokh sendiri. 


Menurut pandangan Ethiopia Ortodoks, kalimat pembukaan berikut ini dari Henokh adalah kalimat pertama dan tertua yang pernah ditulis dalam bahasa manusia manapun, karena Henokh adalah orang pertama yang menulis huruf-hurufnya:


ቃለ በረከት ዘሄኖክ ዘከመ ባረከ ኅሩያነ ወጻድቃነ እለ ሀለው ይኩኑ

በዕለተ ምንዳቤ ለአሰስሎ ኲሉ እኩያን ወረሲዓን።

Qalä bäräkät zä-Henok zäkämä barräkä ḫəruyanä wätsadqanä 'əlä häläw yəkunu
bä`əlätä məndabe lä'äsäslo kwilu 'əkuyan wäräsiʿan"



Kalimat berkat Henok, yang dengannya ia memberkati orang-orang yang terpilh dan yang benar yang akan bertahan hidup dalam hari kesusahan yang akan menyingkirkan semua orang yang jahat dan mereka yang murtad."


(Untuk melihat font Ge'ez di atas, anda memerlukan font GF Zemen True Type di folder font komputer anda)


Pada periode awal sastra Ethiopia, ada banyak kegiatan penerjemahan sastra Yunani ke dalam bahasa Ge'ez oleh para teolog Ethiopia. Karena itu, ada banyak teks di mana terjemahan Ge'ez maupun teks asli Yunaninya dikenal, namun demikian, dalam hal ini, bahasa maupun pemikiran Ge'ez Henokh sama sekali bersifat Semit, dan tidak memperlihatkan bahwa teks ini disampaikan lewat bahasa Yunani.


Sejak penemuan oleh Bruce sebuah terjemahan dalam bahasa Slavia Gereja Lama telah diidentifikasikan, potongan-potongan dalam bahasa Yunani (Hen. 89:42–49, Codex Vaticanus Cod. Gr. 1809) serta dua potongan terpisah dalam terjemahan bahasa Latin. 

Potongan-potongan papirus yang mengandung bagian-bagian dalam versi Yunani ditemukan oleh sebuah tim arkeologi Perancis di Akhmim dan diterbitkan lima tahun kemudian pada 1892.


Tujuh potongan dari Kitab Henokh dalam bahasa Aram juga telah diidentifikasikan di Gua 4 Qumran, di antara Naskah Laut Mati dan berada di bawah pemeliharaan Dinas Purbakala Israel. Naskah-naskah ini diterjemahkan dan dibahas oleh Jazef. T. Milik dan Matthew. 

Black dalam Kitab inis of Enoch, Oxford: Clarendon Press, 1976. Dengan terjemahan yang lebih modern diterbitkan oleh Vermes dan Garcia-Martinez (Vermes 513-515; Garcia- Martinez 246-259). 


Milik menggambarkannya berwarna putih atau krim, blankened in areas, dibuat dari kulit yang licin, tebal, dan kaku. Sebagian juga rusak oleh tinta, kabur dan pudar. Temuan-temuan tersebut masing-masing adalah:

  • Bagian-bagian dari Kitab Para Pengintai. - 4QEna (4QEn201), 4QEnb (4QEn203)
  • Kitab Para Pengintai dan Penglihatan-penglihatan dalam Mimpi - 4QEnd (4QEn205), 4QEne (4QEn206)
  • Kitab Para Pengintai, Penglihatan-penglihatan dalam Mimpi, dan Surat Henokh. - 4QEnc (4QEn204)
  • Penglihatan-penglihatan dalam Mimpi - 4QEnf (4QEn207)
  • Surat Henokh - 4QEng (4QEn212).
  • Kitab Benda-benda Terang - 4QEnastra, 4QEnastrb, 4QEnastrc, dan 4QEnastrd

Selain temuan-temuan di atas, sejumlah versi Yunani dari 1 Henokh ditemukan di Gua 7 Qumran oleh Muro, Ernest A. Jr. Bagian-bagian itu adalah pasal 103:3-4 dalam 7Q4, 7Q12 dan Pasal 103:7-8 dalam 7Q8. Teks-teks ini ditulis di atas papirus dengan garis-garis yang dibuat di atasnya. Teks-teks ini jauh lebih kecil daripada yang ditemukan di Gua 4.

Pengaruh dari kitab ini telah ditelusuri ke puisi Hiberno-Latin Altus prosator.


Isi


Kitab Henokh menggambarkan kejatuhan Para Pengintai yang menurunkan kaum Nefilim. Para malaikat yang jatuh kemudian pergi kepada Henokh untuk menjadi perantara atas nama mereka kepada Allah. Sisa kitab ini menggambarkan kunjungan Henokh ke Surga dalam bentuk suatu penglihatan, dan wahyu-wahyunya.


Kitab ini mengandung gambaran tentang perpindahan makhluk-makhluk surgawi (dalam kaitan dengan perjalanan Henokh ke surga), dan beberapa bagian dari kitab ini telah berspekulasi bahwa ia mengetahui petunjuk-petunjuk tentang pembentukan deklinometer matahari (teori mesin Uriel).


Kitab Para Pengintai


Tanggal penulisan: Diyakini pada abad ke-2 SM [menurut teks-teks yang diketahui ada]

  • I-V. Perumpamaan Henokh tentang Nasib Orang-orang Jahat dan yang Benar pada Masa Mendatang
  • VI-XI. Kejatuhan para Malaikat: Demoralisasi Umat Manusia: Syafaat para Malaikat atas nama Umat Manusia. Hukuman yang dinyatakan oleh Allah terhadap para Malaikat dari Kerajaan Mesianik.
  • XII-XVI. Mimpi-Penglihatan Henokh: Syafaatnya untuk Azâzêl dan Malaikat yang jatuh: dan Pemberitaannya tentang Kehancuran mereka yang pertama dan terakhir.
  • XVII-XXXVI. Perjalanan Henokh menembus Bumi dan Syeol.
  • XVII-XIX. Perjalanan Pertama.
  • XX. Nama-nama dan Fungsi Ketujuh Penghulu malaikat.
  • XXI. Tempat Penghukuman awal dan akhir dari malaikat yang jatuh (bintang-bintang).
  • XXII. Syeol atau Dunia Bawah.
  • XXIII. Api yang berkaitan dengan Benda-benda Terang di Langit.
  • XXIV-XXV. Ketujuh Gunung di Barat Laut dan Pohon Kehidupan.
  • XXVI. Yerusalem dan Gunung-gunung, Lembah, dan Sungai-sungai.
  • XXVII. Maksud Lembah yang Terkutuk.
  • XXVIII-XXXIII. Perjalanan Lebih Jauh ke Timur.
  • XXXIV-XXXV. Perjalanan Henokh ke Utara.
  • XXXVI. Perjalanan ke Selatan.

Pengantar ke dalam Kitab Henokh menjelaskan kepada kita siapa Henokh itu, "seorang yang benar, yang matanya dibukakan oleh Allah sehingga ia memperoleh penglihatan tentang Yang Maha kudus di surga, yang diperlihatkan oleh anak-anak Allah kepadaku, dan dari mereka aku mendengar segala sesuatu, dan aku tahu apa yang kulihat, tetapi hal-hal yang kulihat ini tidak akan terjadi untuk keturunan ini, melainkan untuk keturunan yang masih akan datang."



Bagian ini membahas kedatangan Allah ke Bumi di Gunung Sinai bersama bala tentaranya untuk menjatuhkan penghakiman kepada umat manusia. Bagian ini juga menceritakan tentang benda-benda terang yang terbit dan tenggelam secara teratur dan dalam waktunya sendiri dan tidak pernah berubah.


"Amati dan lihatlah bagaimana di musim dingin semua pepohonan tampak seolah-olah telah mati dan daun-daunnya gugur, kecuali empat belas pohon, yang tidak rontok daun-daunnya melainkan mempertahankan daun-daunan yang lama dari dua hingga tiga tahun hingga dedaunan yang baru muncul."


Bagaimana segala sesuatu ditetapkan oleh Allah dan terjadi menurut waktu-Nya sendiri. Orang-orang berdosa akan musnah dan yang luhur dan yang baik akan hidup terus di dalam terang, suka cita dan damai.


"Dan semua karyanya berlanjut terus dari tahun ke tahun untuk selama-lamanya, dan semua tugas yang mereka lakukan bagi-Nya, dan tugas-tugas mereka tidak berubah, melainkan sesuai dengan apa yang telah Allah tetapkan dan demikianlah yang terjadi."


Bagian ini melukiskan interaksi antara malaikat yang jatuh dengan umat manusia; Sêmîazâz memaksa ke-199 malaikat yang jatuh lainya untuk memperistri manusia untuk "melahirkan anak-anak bagi kita".


Pasal 105 dianggap sebagian orang sebagai tambahan-tambahan Kristen dan banyak orang percaya bahwa Pasal 108 merupakan tambahan di kemudian hari.


Lain-lain





Kitab Henokh dalam Islam dapat juga disebut sebagai lembaran Nabi Idris A.s seperti hal nya suhuf Ibrahim.