Salah satu saksi bisu dari pengaruh Soekarno di bumi Rusia adalah Masjid St. Petersburg.
Masjid
St. Petersburg terletak di pusat kota, tak jauh dari Sungai Neva dan
Benteng Peter & Paul yang ikonik di Rusia. Masjid yang didominasi
warna biru ini bernama asli Jamul Muslimin, tetapi lebih sering dijuluki
sebagai Blue Mosque atau Masjid Biru.
Sementara,
sebagian orang yang mengetahui sejarahnya lebih sering menyebut masjid
ini sebagai Masjid Soekarno. Lalu sebenarnya, sejauh apa keterkaitan
masjid ini dengan sejarah kepemimpinan Soekarno?
Menilik
jauh ke belakang, pada tahun 1950-an masjid ini dijadikan gudang oleh
pemerintah Rusia yang kala itu masih berada di era kepemimpinan komunis.
Semua tempat ibadah baik gereja maupun masjid tak boleh digunakan untuk
beribadah.
Namun,
Soekarno yang saat itu menjadi Presiden Indonesia diyakini mempunyai
andil besar dalam menghapus larangan itu. Berkat pengaruh dan
kehebatannya dalam berdiplomasi dengan pemerintah Rusia, masjid St.
Petersburg akhirnya bisa difungsikan kembali sebagai tempat ibadah umat
Muslim di negara itu.
Kisahnya
berawal pada tahun 1956, Soekarno yang waktu itu ditemani putrinya,
Megawati melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow, Rusia. Di tengah
lawatan itu, Soekarno ingin singgah ke Kota St. Petersburg yang kala itu
masih bernama Leningrad.
Dalam
perjalanannya menuju kota itu, Soekarno melihat sebuah bangunan
berkubah biru. Gedung itu memiliki menara yang tinggi. Ia menduga,
bangunan tersebut adalah masjid.
Ia
pun meminta kepada tentara Rusia yang mengawalnya untuk bisa mampir ke
gedung itu. Namun mereka tak mengizinkannya. Sesampainya di hotel,
Soekarno masih penasaran hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengunjungi
gedung berkubah biru itu secara diam-diam.
Sesampainya
di sana, ia mendapati bangunan itu tak dirawat secara layak. Masjid itu
malah difungsikan sebagai sebuah gudang. Melihat kondisi itu, Soekarno
prihatin dan meminta jadwal kunjungan lainnya di Leningrad dibatalkan.
Tak
lama, Soekarno langsung menemui pemimpin Rusia untuk meminta
difungsikannya kembali Masjid St. Petersburg sebagai tempat ibadah.
Upaya tersebut rupanya berbuah manis. Beberapa hari setelah Soekarno
kembali ke Indonesia, utusan dari Moskow datang ke Leningrad untuk
meminta walikota membuka kembali Masjid St. Petersburg sebagai tempat
ibadah.
Sejak
saat itu, Masjid Soekarno terus berdiri kokoh dan berfungsi maksimal di
bawah pengelolaan komunitas muslim di St. Petersburg. Tahun 1980 masjid
ini sempat direnovasi secara besar-besaran hingga bentuknya menjadi
seperti sekarang. Beberapa Presiden Indonesia di era reformasi juga
pernah mengunjungi masjid ini, antara lain Megawati pada tahun 2003 dan
Soesilo Bambang Yudhoyono pada 2006 lalu.